Jumat, 07 Agustus 2009

Saatnya (Pemuda) Memimpin Bangsa Ini

Telah banyak permasalah yang telah melanda negeri ini. Yaitu memudarnya batas-batas Negara (Terkait Globalisasi dan Kemajuan Tekhnologi. Nilai-nilai kebersamaan,toleransi, dan dialog yang sangat diperlukan demi keutuhan dicampakkan disubstitusi dengan kultur dan nilai-nilai egoistis, Pragmatis, dan opurtunistis. Belum lagi potensi konflik dan main hakim sendiri seakan sudah bukan rahasia umum lagi yang menghinggapi bangsa ini.

Kompleksitas persoalan bangsa sekarang ini juga sering dikaitkan dengan lemahnya kepemimpinan di level nasional maupun lokal. Pasca-kemerdekaan, sulit menemukan kepemimpinan yang mampu menggerakkan' seluruh komponen bangsa, bersatu mewujudkan kepentingan nasional sekaligus
memiliki visi kuat menangani aneka persoalan negara bangsa yang kompleks ini.
Dalam batas tertentu, meski bukan suatu altruisme, realitas sosial politik ini bisa dipahami. Jika pemimpinmasa lalu lahir dari rahim idealisme perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, pemimpinsekarang umumnya lahir dari rahim zaman pragmatisme. Sebagian dari mereka, bahkan tipikal elit yang tidak satu kata dan perbuatan. Elit politik dalam sejarah kontemporer juga cenderung menonjolkan kepentingan sempit dan jangka pendek.
Tak heran, ketika elit berteriak soal kepentingan rakyat dan negara, publik tak serta merta percaya.

Masalahnya tentu bukan pada persepsi publik yang cenderung apatis, tetapi justru pada kualifikasi dan kapabilitas pemimpin yang muncul. Belum terlihat indikasi kuat bakal tampilnya suatu kepemimpinan nasional yang punya kapasitas, kapabilitas, akseptabilitas, visi dan kredibilitas yang kuat menanganipersoalan bangsa yang kompleks. Lapisan pemimpin yang dominan sekarang adalah kelompok elit politik yang tidak memiliki kinerja dan track record yang meyakinkan.

Pemuda dan Ketertarikan di dunia Politik
Tampilnya sosok Obama dalam estafet presidensial Amerika 2009 ternyata mampu mengubah persepsi tersebut. Hasil polling Gallup menunjukkan bahwa Obama mampu menarik 57% dari dukungan kelompok pemuda (18-29 tahun). Fenomena Obamania ini tentu didukung oleh usia Obama sendiri yang masih 47 tahun. Fenomena Obamania mengajarkan kepada kita bahwa pemuda tidak bersikap apolitis akan tetapi mereka cenderung kritis dan selektif. Dan Kemenangan pasangan Heryawan- Dede Yusuf dalam Pilkada jawa barat 28 oktober 2007 lalu, adalah sebagai Manifestasi dari kepemimpinan kaum pemuda. Usia pasangan Heryawan-Dede Yusuf yang masih relative muda semakin menunjukkan bahwa sudah saatnya pemuda yang memimpin bangsa ini. Hal senada juga disampaikan oleh salah satu pakar politik Indonesia, Fadjroel Rahman, menganggap bahwa momentum kemenangan Hade dalam pilkada Jabar merupakan langkah awal bagi tampilnya kaum muda dalam kepemimpinan nasional dalam pemilu 2009 mendatang.
Nama yang cukup kuat untuk menjadi fenomenon Obamania pada tahun 2009 mungkin dimiliki oleh Yudi Chrisnandi (Golkar) daan dari kelompok muda dari non-partai seperti Yudi Latief dan Anies Baswedan terlihat masih enggan untuk menginjak karpet merah menuju pemerintahan. Nama-nama yang bisa dipastikan akan muncul pada tahun 2009 masih tetap sama, Megawati, Gus-dur, SBY, Jusuf Kalla, Wiranto, dan Sri Sultan.
Hasil beberapa seri focus group discussion di Charta Politika Indonesia bersama kelompok pemuda menemukan bahwa pola ketertarikan serta ketidaktertarikan pemuda Indonesia terhadap politik tidak jauh berbeda dengan pemuda Amerika. Secara lebih spesifik, pemuda Indonesia cenderung menyukai sebuah partai yang memiliki citra bersih dari korupsi dan selalu memberikan bantuan konkrit kepada masyarakat. Retorika, jargon-jargon, dan visi politik menjadi pesan yang tidak menyentuh ketika dalam realita para elit partai tidak mampu memberikan perubahan. Dan dari Hasil survey sebuah media cetak di Jakarta terhadap sekitar 2000 responden menemukan bahwa hanya terdapat 1% kelompok pemuda yang tertarik dengan berita politik di surat kabar. Politik kalah bersaing dengan gosip, musik, sepakbola, dan berita-berita ringan lainnya. Jadi untuk menarik pemuda, politik harus betul-betul diperas menjadi beberapa intisari yang ringan agar pemuda dapat memahaminya dengan mudah. Setelah diintisarikan, pesan-pesan tersebut sebaiknya juga dikemas dalam sebuah packaging yang sesuai, seperti melalui digital campaign, musik yang sedang tren, serta event yang menghibur agar menjadi atraktif bagi pemuda.
Pemuda Dan Sejarah
Paska politik etis, kaum muda Indonesia telah memainkan peranan progressif sebagai pelopor penemuan ide nasionalisme Indonesia. beberapa tokoh kaum muda kala itu, menjadi tulang punggung pergerakan melawan kolonialisme. Sumpah pemuda, 28 oktober 1928, merupakan momentum sejarah awal dari deklarasi “nasionalisme Indonesia”. berbagai perwakilan pemuda dari berbagai latar-belakang etnis, agama, dan aliran politik berkumpul dan mendeklarasikan sebuah ikrar. Peristiwa rengasdeklok yang disebut-sebut cikal bakal dari proklamasi kemerdekaan, juga merupakan hasil kreasi dari kaum muda. Tidak salah, kalau kemudian Bung Pram menyebut hadiah kemerdekaan sebagai hasil perjuangan kaum muda. Sejarah pergerakan Indonesia menampilkan sosok kaum muda yang mengambil peranan menonjol, tidak salah kalau Bennedict Anderson (1972) menyebut jiwa revolusi Indonesia sebagai revolusi kaum muda.
Kekuatan apa yang melahirkan kaum muda pada saat itu,sehingga menjadi modal politik dalam perjuangan yang sangat menentukan; kemerdekaan. Pertama, pemuda-pemuda waktu terlahir dari politik etis yang dijalankan oleh kolonialisme untuk memacu tenaga produktif bagi perluasan kapitalis swasta. Politis etis melahirkan dunia baru;pengetahuan, Koran, organisasi, kesenian, dan sebagainya. Kedua, mereka terlahir dari sebuah situasi; penghisapan kolonialisme selama beratus-ratus tahun, mengarahkan kepada mereka kesadaran nasionalisme anti kolonialisme.
Diakui atau tidak, isu kepemimpinan kaum muda merupakan antitesa dari sistem politik Indonesia yang dikangkangi oleh kaum tua. Kepemimpinan kaum tua selama bertahun-tahun tidak kunjung memberikan perubahan berarti bagi rakyat, malahan sebaliknya. Karena merupakan antitesa, maka kaum muda harus membentangkan jalan baru bagi Indonesia baru. Jalan baru ini, merupakan jalan keluar dari keterpurukan bangsa akibat dominasi asing diseluruh sektor ekonomi (imperialisme) dan mentalitas pemerintahan yang tidak berdaya melawan kepentingan asing. Jadinya, jalan baru merupakan sebuah proyek politik jangka panjang yang mensyaratkan penyingkiran semua bentuk-bentuk kekuatan politik lama. Tidak salah, kalau kemudian semboyan dari kebangkitan kaum muda adalah ; Jalan baru, partai baru, dan pemimpin baru!.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah revolusi kaum muda akan benar-benar terjadi lagi, ataukah kita tetap meratapi nasib bangsa yang berada diambang kehancuran?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar