Senin, 03 Agustus 2009

Cinta yang tak terungkap

Cinta yang tak terungkap

Ada hal yang tak mampu ku ungkapkan kepadamu selama ini.
Perasaan yang ku pendam sejak dulu
Seakan tak mampu kungkapkan kepadamu.
Namun, aku tak ingin mengatakan apa pun tentang perasaan ini
Sampai engkau sendiri yang mengungkap rahasia yang tersimpan rapi di lubuk hatiku yang paling dalam

Ku terbangun ketika cahaya matahari dengan lembut menyapaku. Ku buka tabir jendela, dan ku lihat mentari sangat ramah menyapaku. Aku tersenyum sendiri, seakan-akan aku ingin menyampaikan harapanku yang belum terwujud.
Sekarang masih jam enam pagi, namun aku bergegas untuk mandi. Karena aku ada kuliah pagi hari ini. Walau agak sedikit malas, namun aku tetap memaksakan diri untuk segera bersiap-siap berangkat ke kampus. Pasalnya aku telah dua lali mendapat peringatan karena telat masuk kelas.
Untung saja hari ini aku datang tepat waktu, dan aku tidak menjadi bualan teman –teman kelasku. Karena biasanya aku menjadi bualan teman-teman karena sering telat masuk ke kelas.
Namun laki-laki yang menjadi idolaku selama ini tak tampak batang hidungnya.
Kemana ia? Batinku bertanya.
Tak seperti biasanya, ia tidak mengikuti perkuliahan.

Eh, Mar! kamu tahu ngga’ kemana Riko?
Riko?? Kamu ngga’ dapat kabar apa, bahwa Riko sekarang masuk Rumah sakit karena insiden kecelakaan kemarin.
Ah! Yang benar kamu?
Benar aku serius.!! Habis ini teman-teman mau ke sana besuk Riko.

Ku lihat tubuh Riko terbaring Lemas di atas kasur, tubuhnya pun di balut perban. Kenapa aku begitu simapati kepada Riko? Padahal aku jarang komunikasi sama dia. Apa mungkin dialah Cinta Sejatiku?
Namun samapi saat ini aku hanya mampu menjadi pemuja rahasia Riko. Tanpa mampu mengungkapkannya secara langsung. Lagi pula aku takut, kalau seandainya Riko terang-terangan menolak cinta.

Gi mana keadaan Riko Tante?
Ya beginilah, semenjak kemarin Riko belum sadarkan diri.
Kami semua di sini berdo’a agar Riko lekas sembuh tante.

Terasa semua selesai, kami berpamitan kepad Ibunya Riko. Karena kami semua harus kembali ke kampus melanjutkan perkuliahan. Namun belum sampai kami di depan pintu.
Tunggu!
Tunggu! Seru Riko.
Temani aku di sini.
Melihat kondisi Riko yang seperti itu, akhirnya kami memutuskan untuk tetap tinggal di rumah sakit dan menunda masuk ke kelas.
Kamu sudah sadar? Tanyaku dengan Lembut!
Entah mengapa tiba-tiba Riko meraih tanganku dan memegangnya erat-erat.
Mimpi apa aku tadi malam.
Laki-laki yang ku imipikan selama ini memegang tanganku dengan erat, seakan-akan ia sangat membutuhkan orang di sampingnya.
Din! Mau kah kau Berjanji?
Berjanji Apa?
Berjanji untuk menjagaku di sini samapi kondisiku benar-benar Pulih.
Kau mau kan?
Baiklah, jika hal itu dapat membuatmu lekas sembuh. Aku relah melakukan apa pun.
Terima kasih ya Din.
Ya Sudah sekarang kamu kembali istirahat, dan janji aku tak akan pergi kamana-mana sampai kondisimu benar-benar pulih.

Tak lama setelah aku mengatakan hal tersebut, Riko kemabali memejamkan matanya. Dan nampak ketenagan terpancar dari raut wajah Riko. Dan aku pun kembali duduk di samping tante, yang semenjak tadi sanagat mengkhawatirkan keadaan anaknya.

Oh jadi kamu yang namanya Dina!
Iya, ada apa emngnya tante?
Ngga’, soalnya Riko sering menceritakn perihal tentang kamu.
Cerita apa tante? Tanyaku penasaran.
Dia mengatakan Bahwa, dia sangat mengagumimu. Namun ia tak mampu menyatakan perasaannya kepadamu.
Apa benar Tante? Lagi-lagi aku menanyakan hal yang seakan tak pernah ku percaya.
Benar, Tante ngga’ Bohong.
Jujur Tante, selama ini pun aku pun mengagumi sosok anak tante. Karena ku lihat aia tak seperti laki-laki pada umumnya.

Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, akhirnya Riko pun di nyatakan sembuh. Namun Ia harus di rawat intensif di rumahnya.

Din! Terima kasih banyak, atas apa yang telah engkau lakukan kepadaku kemarin.
Ah tidak apa-apa Ko, asalkan kamu sehat itu sudah cukup buatku.
Oh ya, Ibuku bilang kemarin kamu cerita sesuatu?
Serita tentang apa?
Tentang perasaanmu kepadaku?
Perasaan apa?
Perasaan kemarin aku tidak menceritak apa pun kepada Tante.
Ada apa memangnya?
Oh ngga’ pa-pa.

Ko! Aku pulang dulu, pasalanya aku harus megerjakan tugas.
Ya sudah, sekali lagi aku ucapkan terima kasih banyak kepadamu.

Maafk aku, jika aku menghianati perasaanku kepadamu.
Aku hanya tidak ingin engkau tahu..
Biar perasaan ini aku simpan di dalam hatiku yang terdalam…
Dan yakinlah Perasaanku ini tak akan pernah pudar..
Walau waktu memisahkan kita.
Sekali lagi maafkan aku yang tak pernah ingin engaku tahu akan perasaanku.
Maafkan aku………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar